Balada Pencari Kerja: Seleksi di Perusahaan Idaman
Suatu sore di akhir
September, ketika saya lagi sepedaan di sekitar kampus dengan beberapa teman
kosan, ada panggilan masuk ponsel saya. Wow ternyata si penelepon ini adalah HRD dari grup media F
Sore itu Mbak HR itu
memberitahukan kalo majalah P tertarik dengan lamaran saya. Beneran deh, ini
sekadar pemberitahuan, belum panggilan wawancara. Baru seminggu kemudian saya
diminta datang ke kantor mereka di sekitar Rasuna Said untuk wawancara tahap
awal. Dan dimulailah serangkaian proses rekruitmen yang makan waktu sampai
sebulan.
Wawancara pertama saya
dihadapkan dengan tiga wanita utama di majalah P. Waktu itu rasanya saya kayak
sedang dihadapkan dengan trio Volturi di Twilight Saga versi perempuan. Saya
ditanya-tanya soal kuliah, kegiatan magang, skripsi saya, sampai soal majalah
yang saya baca. Saya sebut beberapa majalah gaya hidup dan kecocokan saya
dengan inspirasi berbusana salah satu majalah remaja G.
Nah, ketika saya
nyebut majalah remaja G itu tuh, salah satu dari mereka langsung menghakimi
saya dengan bilang bahwa ada yang salah dengan itu. Bisa jadi ada yang salah
sama diri saya karena saya bukan target majalah itu, atau yang
salah ya penulisnya sampai bisa buat saya masih cocok dengan majalah itu.
Belakangan teman-teman saya komentar nyinyir soal orang itu, dan menurut mereka
harusnya saya jawab kalo itu untuk wawasan diri, dan bukannya sebagai perempuan cerdas punya banyak wawasan ya, termasuk bisa paham kehidupan di “usia-usia
lainnya”. Yah, saya sudah berusaha ikhlas dari saat itu, kalo nggak diterima
yaudah, yang penting saya nggak pura-pura jadi orang lain.
Tahap selanjutnya itu
skill test. Ini hari jumat dan saya lihat karyawan di sini lebih kasual dari
sebelumnya, mungkin aturan kantor kali ya boleh santai di akhir pekan. Saya
ketemu lagi dengan satu cewek yang barengan di tahap sebelumnya. Tapi kali ini
dia datang sama satu cowok. Kami ngetik tulisan yang diperintahkan
samping-sampingan di ruang HRD dari jam 2 sampai jam 5, dan masih dikasih PR
tulisan pula yang harus dikirim Senin depan.
Berikutnya masih ada
psikotes yang cukup serius di lembaga psikologi di daerah Panglima Polim. Saya
ketemu lagi nih sama dua orang itu, dan ternyata masih ada satu cewek lagi yang
juga rekruitmen untuk majalah yang sama. Waduh, kami jadi bertanya-tanya, sudah
sampai tahap ini kok masih empat kandidat, emang perusahaan perlu berapa
redaktur sih? Sejauh ini mereka menyenangkan diajak ngobrol sih, dan saya jadi
berharap tiga dari kami bisa lolos, tapi nggak dengan yang terakhir.
Sayangnya, di tahap
berikutnya, satu-satunya kandidat cowok itu bilang ke saya kalo dia mundur dan
ambil tawaran di salah satu retail grup ternama yang membawahi berbagai brand
high street fashion internasional gitu. Yah, saya kecewa sih karena saya udah
mikir akan kerja bareng dia. Tapi kalo denger dia ngomong rasanya dia memang
akan lebih riang di sana ketimbang di majalah ini.
Nah, tahap akhir
tinggal dua nih, saya dan cewek yang barengan sejak seleksi awal. Yang terkahir
ini kami wawancara dengan pimpinan editorial di Grup X ini. Jadi dia nih yang
“pegang” semua majalah di grup ini. Selain salah satu pendiri grup ini, si direktur
editorial ini tuh istrinya salah satu jurnalis/sastrawan senior yang saya
sempat sukak banget tulisannya. Ditambah dengan tampang teman baru saya yang
tampak sebal banget ketika keluar dari ruangan si Ibu pimpinan itu, makin degdegan
lah saya.
Saya tahu sih dia
cukup nyeremin, tapi rasanya saya bisa cukup tenang menghadapinya, gara-gara di
kampus ada juga dosen killer yang usianya kira-kira sama dengan bu direktur
ini. Anggap saja ini lagi ngomong sama nenek saya. Dan ya gitu deh, ketika
saya masuk dan ngobrol sama beliau, ya saya rasanya lagi ngobrol sama oma-oma
gitu aja sih.
Uniknya, ternyata ‘wawancara’
bisa seru karena baca majalah yang lagi saya gandrungi juga. Diapun dengerin
saya bener-bener ketika saya kasih perspektif saya soal majalah yang mau rekrut
saya ini. Dan seperti oma-oma pada umumnya, saya juga dikasih nasihat-nasihat
bagus soal karier ke depannya nanti, setelah melihat potensi saya plus kasih
kritik berdasarkan hasil psikotes saya kemarin.
Jelang akhir sesi
interview, saya ditawari angka yang saklek banget nggak bisa diutak-atik. Ya
ampun beneran begini banget ya jadi fresh graduate. Yah, akhinrya, mulai
November 2014 tanggal 3 saya sudah aktif masuk kerja di majalah P. Yassssss!
Comments